Apa Enaknya Mendaki Gunung??
Untuk sebuah pendakian memang dibutuhkan persiapan yang
banyak, mulai dari perlengkapan mendaki, fisik, mental, logistik dan
lain-lain...itu sebagian yang harus ada dalam sebuah pendakian. Tentu
dengan biaya yang tidak murah, tapi yang pasti ada satu hal yang tak
bisa didapatkan dari kegiatan lain, apa bedanya dengan mendaki
gunung? apa enaknya?
Kata Beberapa Filsuf Pendakian :
Berjalanlah, maka akan kau temukan dirimu sendiri...
Mengepak barang, mengangkat tas di punggung yang beratnya kadang melebihi masa badan, meninggalkan kenyamanan dan orang-orang terdekat di belakang memang memberimu pengalaman yang tidak tergantikan.
Perjalanan memberimu waktu untuk banyak berbincang dengan diri sendiri. Hal itu bisa jadi waktu refleksi paling mewah dari semua momen yang pernah kamu miliki selama ini.
Dari perjalanan akan kamu temukan kesukaan kesukaan baru, yang bahkan dirimu sendiri belum tahu. Perjalanan menyadarkanmu bahwa kebahagiaan kecil karena bertemu sumber air di trek pendakian yang menyiksa bisa membuat tertawa lebih lepas. Puncak yang bisa menyadarkanmu bahwa semesta itu agung dan penciptanya maha besar, dan akan kau dapati saat suara binatang malam, rintik hujan akan terdengar syahdu saat beristirahat di dalam tenda, bintang yang serasa lebih dekat, dan tanpa sadar saat itu keheningan adalah salah satu hal yang dapat membuatmu merefleksikan diri bahkan membuatmu menangis..dalam keheningan akan terbesit suatu kesadaran...dimana keheningan itu akan sulit ditemui dari bisingnya kota...
Lalu Mendaki Gunung itu Apa Enaknya???
Banyak orang bertanya, “ Apa sih enaknya mendaki gunung? “Kan capek, harus jalan jauh ”
Kegiatan yang satu ini memang penuh seni dan hanya bisa dipahami oleh mereka yang sudah pernah mendaki. Bayangkan, kamu mesti bersusah payah membawa keril, carrier (Tas Gunung) yang berat serta berjalan jauh melewati medan yang seringkali membahayakan. Tak jarang pula kita dengar kisah pendaki yang tewas di jalur pendakian.
Meski berat dan melelahkan, anehnya para pendaki tak pernah kehilangan semangat untuk terus berjalan.
Gunung yang tinggi tetap dihadapi, jalan yang berliku
terus saja dicumbui. Sekali pernah naik gunung, kamu
tak akan pernah bisa berhenti. Ada rasa meski tak banyak bisa
dimengerti, inilah alasan yang membuat kami, para pendaki selalu
mengangkat keril demi mendaki kembali…
1. Mendaki gunung adalah perjalanan hati
1. Mendaki gunung adalah perjalanan hati
perjalanan
untuk menaklukkan dirimu sendiri, Jika banyak pendaki yang berkata bahwa sebuah pendakian adalah perjalanan menaklukkan diri sendiri,
sepertinya ungkapan itu memang benar adanya. Naik
gunung dan mendaki sampai ke puncaknya adalah
petualangan mendobrak zona nyaman. Dibandingkan dengan suasana rumah, gunung memang gak nyaman:
udara yang dinginnya kadang menusuk tulang, sering
gak ada air, makan juga ala kadarnya.
Mendaki gunung gak bisa asal jalan; butuh kondisi fisik
yang baik, persiapan matang, serta niat dan mental yang
tegar. Kalau semua itu nggak terpenuhi, kemungkinan
besar kamu akan gagal di tengah jalan. Hanya dengan mengalahkan egomu sendiri, barulah kamu layak menggapai puncak.
besar kamu akan gagal di tengah jalan. Hanya dengan mengalahkan egomu sendiri, barulah kamu layak menggapai puncak.
2. Saat tak ada yang bisa diandalkan
Kamu akan belajar
memaksimalkan seluruh kemampuan, Naik gunung berarti berhadapan dengan alam bebas dan
meninggalkan peradaban jauh di belakangmu. Gak ada
kerjaan kuliah atau kantor yang kamu bawa, pun juga
dirimu bisa rehat sejenak dari jeratan social media.
Bersyukurlah di atas gunung gak ada listrik dan wifi
gratis, sehingga kamu bisa merasakan pengalaman
menjadi manusia seutuhnya.
Jadi manusia seutuhnya itu berarti seluruh inderamu
bekerja penuh. Kamu jadi bisa menikmati segala hal
yang ada di depanmu, merekam semuanya dalam
benakmu tanpa hasrat untuk berpaling ke dunia maya. Kamu juga berjuang dengan tenagamu sendiri,
menggunakan tangan dan kakimu untuk mencapai titik
yang lebih tinggi.
yang lebih tinggi.
3.Kegiatan ini memang melelahkan
Tapi dari sebuah
pendakian kamu akan lebih menghargai hal-hal
sederhana yang sering terlupakan. Ya, naik gunung bisa membuatmu mensyukuri banyak
hal remeh yang biasanya luput dari perhatian kita. hal-hal remeh yang kadang menentukan hidup mati kita di
atas gunung. Air, misalnya. Ketika persediaan air sudah
menipis, ketemu sumber air di atas gunung tuh rasanya
udah kayak ketemu jodoh.
Kita juga jadi mensyukuri makanan yang kita masak
meski ternyata gak terlalu matang. Secangkir kopi
hangat juga terasa semakin nikmat. Bahkan, mensyukuri
cuaca yang cerah ketika mendaki di musim hujan pun
acap kita lakukan. Semua hal itu pasti luput kita syukuri
jika kita berada di tempat yang nyaman.
4. Semangat
" Sebentar lagi sampai Cuma 2 tanjakan lagi,
kok! Ayo Semangat ”
Solidaritas antara sesama pendaki juga bisa jadi alasan kenapa kamu ketagihan melakukan pendakian. Seorang pendaki gak akan segan membagi perbekalannya bagi mereka yang membutuhkan, sekalipun yang ia miliki juga terbatas. Ia juga gak ragu untuk berteriak menyemangati pendaki lain agar mereka gak menyerah dan bisa merasakan nikmatnya menjejak puncak sama-sama.
5. Tiap pendaki adalah saudara seperjuangan
Nggak peduli
mereka saling mengenal atau tidak. Mereka paham,
bahwa apa yang mereka bagi kepada sesama pendaki
bisa menimbulkan semangat bahkan menyelamatkan
jiwa. Gunung memang punya kharisma yang magis untuk
menyatukan orang-orang yang sama-sama menjamahinya.
Kenapa kamu selalu kembali? Karena gunung yang sama
pun bisa menawarkan sisi baru dalam setiap pendakian
yang dilakoni mungkin kamu merasa heran jika temanmu yang seorang pendaki mendaki gunung yang sama berulang kali.
Well, yang didaki mungkin memang gunung yang sama.
Tapi, selalu ada pengalaman yang berbeda setiap kali
kita menjamahi puncaknya. Variabelnya pun beragam,
bisa berupa jalur pendakian yang berbeda, kondisi
cuaca, maupun interaksi kita dengan manusia-
manusianya. Pengalaman unik inilah yang membuat
gunung terus didaki.
6.Alam Yang Megah
Di depan alam yang megah kamu otomatis merasa
lemah. Dari mendaki kamu belajar bagaimana ilmu
pasrah dan berserah.
Tanpa disadari, manusia seringkali jumawa. Kita merasa
bahwa diri kita adalah makhluk yang paling tinggi dan
mulia sehingga merasa bisa berkuasa atas alam dan
isinya. Nah, gunung adalah secuil surga istimewa yang
gak cuma menyajikan panorama luar biasa, tetapi juga
mengingatkan kita bahwa kita tak lebih dari setitik debu
di hadapan semesta ciptaan-Nya.
Dengan melihat dari perspektif yang lebih tinggi,
kamu sadar bahwa dunia masih punya tempat luar biasa
untuk dijelajahi
Pemandangan dari puncak gunung sanggup menyihir
siapa saja yang melihatnya. Langit dan bumi bertemu di
batas cakrawala, menyajikan panorama yang membuat
kita semua terkesima. Titik tertinggi yang kita pijak
memberikan sudut pandang tak biasa, membuat kita
mengerti bahwa masih ada tempat luar biasa lainnya
yang layak untuk kita jamahi. Itulah mengapa pendaki
tak pernah berhenti menyambangi puncak-puncak
tertinggi.
7.Dari pendakian kamu belajar jadi orang yang cermat
Sebab berhasilnya sebuah pendakian adalah saat kamu bisa pulang dengan selamat. Mendaki gunung memang membutuhkan kekuatan fisik dan nyali. Memanggul keril sambil berjaran berkilo-kilo meter, menempuh medan yang tak jarang curam dan berbahaya. Belum lagi ditambah kondisi cuaca yang kadang tak bisa diprediksi, membuat pendakian dianggap sebagai kegiatan orang-orang sinting yang nekat. Namun, mereka yang fisik dan nyalinya sudah ditempa berbagai jalur pendakian mengerti bahwa naik gunung bukan soal kenekatan untuk menaklukkan alam, melainkan bagaimana kembali pulang dengan selamat.
8. Pendakian membuka matamu soal arti usaha
Sekecil
apapun langkahnya, semesta akan menghargai setiap
upaya
Kemegahan gunung-gunung yang menjulang sudah
tampak dari kejauhan. Sebagai manusia, tak jarang
nyalimu menciut dibuatnya: ‘Bisakah saya mencapai
puncaknya?’ Puncak gunung akan selalu menjadi puncak
yang tak tergapai jika kamu enggan untuk mulai
melangkahkan kaki. Kamu sadar, bahwa setiap langkah
kecil punya peran untuk mengantarkanmu menuju
puncaknya. Setiap hal besar bisa kamu mulai dari
sesuatu yang kecil.
9. Sepulang mendaki kamu tak akan lagi jadi orang yang sama
Kegigihan berjuang, kerendahan hati, dan
kehangatan pribadi akan selalu terbawa pulang
Sebagai manusia, kita pasti membutuhkan pencapaian untuk membuat hidupnya bermakna. Naik gunung bukanlah sekadar jalan-jalan biasa. Perasaan luar biasa yang gak bisa diungkapkan dengan kata-kata tumpah begitu saja saat kamu berhasil mencapai puncaknya. Ini bukanlah pencapaian yang bisa kamu dapatkan di tempat lain, melainkan sesuatu yang dibayar dengan langkah kaki, peluh, serta semangat yang selalu berkobar.
Sebagai manusia, kita pasti membutuhkan pencapaian untuk membuat hidupnya bermakna. Naik gunung bukanlah sekadar jalan-jalan biasa. Perasaan luar biasa yang gak bisa diungkapkan dengan kata-kata tumpah begitu saja saat kamu berhasil mencapai puncaknya. Ini bukanlah pencapaian yang bisa kamu dapatkan di tempat lain, melainkan sesuatu yang dibayar dengan langkah kaki, peluh, serta semangat yang selalu berkobar.
So, Ternyata kamu tidak butuh nongkrong di tempat fancy, gaul, demi
merasa tercukupi... kadang di tengah keramaian pun kita pernah merasa
sepi...
Jika lewat hela kaki yang mantap dan penuh tekad (Mendaki Gunung) macam ini versi paling nyata dari diri sendiri bisa kau temui... why not?
Ayo Mendaki Gunung, Jangan Lupa Sampah dibawa turun :)
0 komentar:
Posting Komentar
Thanks ya udah mampir baca... share, like, dan komen juga boleh :)