Pendakian Gunung Penanggungan (Puncak Pawitra)
Gunung Penanggungan
merupakan gunung berapi yang sudah lama tidak aktif. Gunung ini memiliki
ketinggian 1.653 meter di atas permukaan laut (mdpl). Pada masa Mataram Kuno,
nama Gunung Penanggungan dikenal Pawitra. Dalam bahasa Sansekerta, nama Pawitra
berarti suci. Nama Pawitra ini diketahui untuk kali pertama dari Prasasti
Cunggrang. Prasasti tersebut diterbitkan pada 18 September 929 Masehi atau
masuk pada masa pemerintahan Mpu Sendok.
Lantas, pada abad Sangkala
dari peninggalan masa Mataram Baru disebutkan tempat ini telah ditinggalkan
Kerajaaan Majapahit pada 1543 Masehi. Dari abad tersebut nama Pawitra telah
berganti penyebutannya menjadi Gunung Penanggungan.
Gunung Penanggungan
dikelilingi empat puncak gunung. Empat puncak gunung tersebut adalah Gunung
Gajah Mungkur yang berada di sisi timur laut, Gunung Kemuncak (tenggara),
Sarahklopo (barat daya), dan Gunung Bekel (barat laut). Lokasi dari gunung ini
berada di wilayah kabupaten Mojokerto dan kabupaten Pasuruan dengan pemandangan
alam sekitarnya kawasan berupa hamparan sawah di sisi selatan dan barat hingga
wilayah industri dan permukiman padat penduduk di bagian utara dan timur.
Yapzz, itu tadi sekilas tentang gunung Penanggungan, sekarang lanjut ke
ceritanya....
Pendakian atau perjalanan dadakan sebenarnya cerita mbolang gue di gunung
ini, kenapa bisa gitu? Ya bermula dari rencana gue pengen ke penanggungan
ngajak cewek gue yang pengen diajakin ngetrek n mbolang, maka seminggu sebelum
hari H gue atur-atur rencana dan nyari temen, gue ngajak Rendra yang biasanya
nemenin gue mbolang, tapi menjelang hari H Rendra gak bisa ikut karna sesuatu
hal, gue jadi GEGANA (Gelisah Galau Merana) berangkat atau kagak, karna gue
rencana mau mbolang bareng doi + temennya yang sama-sama belum pernah ngetrek
di gunung, paling gak dalam pikiran gue saat itu ada satu temen cowok buat
bantuin gue di perjalanan dan pada saat di medan sebenarnya, kalau ada hal-hal
yang tidak diinginkan. Sempat ngajak temen-temen lain, tapi pada PHP semua,
akhirnya menjelang malam keberangkatan Doa gue dikabulin sama yang Di Atas :
“ Ya Allah, Kasih temen cowok dong buat Pendakian kali ini ” (sore pas di Angkringan Ngawi)
Doa itu dikabulin dengan adanya Wiwid yang akhirnya mau gue ajak mbolang,
YES..... Malamnya Sabtu Dini Hari langsung kita packing trus berangkat naik Bus
dari Ngawi menuju Surabaya trus ke Bangil jemput doi dan temennya, karna doi
emang domisili disana. Sampai Bangil Pagi sekitar jam 7 an, akhirnya kita
sarapan dulu trus siap-siap berangkat, meskipun sebenarnya gue dan lainnya
belum tau betul akses menuju Gerbang Pendakian Gunung Penanggungan, ya seperti
byasanya bermodalkan info dari Internet dan Tanya tanya pas di jalan akhirnya
sampailah gue, Wiwid, Dora, Grace di Basecamp Penanggungan, dari Bangil menuju
Pandaan trus jurusan ke Prigen lanjut Trawas, Air terjun Dlundung dan lanjut
lagi ke kampus UBAYA Penanggungan (pokoknya jangan malu nanya deh, Malu
bertanya sesat dihati, eh jalan ding ).
Pendakian kali ini lewat jalur Trawas Tamiajeng, tepatnya deket kampus
UBAYA tadi. Jalur ini, adalah jalur umum yang biasa dilewati para pendaki.
karena jalurnya cukup jelas, dan tersedia banyak fasilitas kegiatan outdoor
atau persewaan di sekitar lereng Penanggungan atau basecamp. Jalurnya cukup mudah
untuk diakses, dan menuju puncak bayangan cukup jelas. Treknya bervariasi, awal
landai dan kemudian menanjak tanpa bonus kemiringan menuju puncak bayangan
berkisar 45-60 derajat. Nah Puncak bayangan ini byasanya adalah tempat buat
buka tenda sebelum summit ke Puncak Pawitra Penanggungan, dan jangan kaget
jalur menuju Puncak sangat terjal dengan kemiringan yang ekstrim 70 derajat.
It,s Okay gak masalah.
Lumayan Ngetrek yah??? |
Start......
Mulailah kami membayar registrasi pendakian, Rp 8000 per kepala Manusia,
dan kalian akan dapat bonus sekantong kresek besar merah, buat apa?? (pasti
paham kalian yang memang benar-benar paham kresek itu buat apa J ). Setelah itu beli nasi putih 3 bungkus
biar gak terlalu repot masaknya nanti buat sumber logistik utama, meskipun
logistik saat itu benar-benar cukup. Tapi memang sebuah nasi sangat berharga di
gunung. Perbekalan saat itu. ada sarden, tempe, abon, mie instan, bumbu-bumbu,
sosis, pisang, coklat, susu, dll banyak deh. Tapi tetaplah nasi akan menjadi
sumber kalori utama untuk sebuah pendakian. Ohya, jangan lupa bawa bekal air
yang cukup. Karna tidak ada sumber air sama sekali di gunung ini selama
perjalanan.
Waktu normal penempuhan jalur ini sekitar 4 jam nyampe puncak, dan 3 jam an sampe puncak bayangan tempat biasanya buat camp. Ikuti saja jalan makadam - tanah - setapak itu meliuk ke kiri dan ke kanan emang kalo gak ke kanan kan ya ke kiri, bener kan?????
Trek awal pendakian berupa jalanan lebar yang cukup datar. Jalanan yang
sudah berbatu ini dipakai oleh para petani di Desa Tamiajeng sebagai
akses ke ladang. Kondisinya cukup memadai buat dilalui oleh sepeda motor maupun mobil. Setelah itu barulah kami mulai menapaki jalan tikus
di antara ladang-ladang penduduk.
Licinnya jalan setapak yang kami lalui seolah berkonspirasi dengan tubuh
gue dan wiwid yang bawa kulkas 80 L di punggung, yah kami berdua memang
kebagian barang bawaan berat, tenda, air, logistik masuk tas semua, trus si doi
ama temennya kebagian barang bawaan mereka sendiri, enak kan?? gakpa-pa lah,
gue sama wiwid belajar jadi porter dadakan aja.
Thanks Wid Udah Jadi Partner pendakian kali ini |
Beberapa Jam berjalan, jalur mulai menanjak terus, mereka begitu kompak
menguras energi dan semangat kami untuk segera tiba di puncak, minimal puncak
bayangan lah. Berkali-kali kami harus beristirahat memulihkan tenaga, tenaga
para cewek-cewek mulai terkuras. Beberapa kali pula si doi ama temennya tampak
sangat kelelahan, dan minta beristirahat. Jalanan yang licin, curam sepertinya
jadi shock terapi buat doi ama temennya.
“ Masih Jauh to mas??? “ kata Grace“ deket dek, ayo semangat tinggal 2 tikungan lagi kiri ama kanan, tuh di depan (Padahal bo’ong) “
Jalan lagi beberapa menit, kemudian Grace minta istirahat lagi, dan
berulang-ulang seperti itu terus, ya berulang-ulang,hmmmm....
“ Mas, kok jauh banget?? ““ Udah ayo, capek akan terbayar lunas setelah kita liat semesta yang megah, semangat” kata gue sok asik“ Ini mana gunungnya mas? kok kita di hutan terus dari tadi? “ Grace bertanya
Pertanyaan yang sedikit konyol buat gue, karena ternyata dari tadi temen
doi nih gak nyadar kalo kita lagi jalan menyusuri gunung, plis deh ah, kalo gak
cewek gue tinggal lu,hahaha...
“ Loh ini kita di gunung dek, hutan ini di gunung (sedikit belibet ngejelasinnya)“
doi pun ikutan jawab “ Gimana sih Grace, ini kita lagi di gunung, jadi ya kita lagi jalan di gunung, hutannya gunung” (belibet juga).
Wiwid Cuma ketawa aja denger pertanyaan aneh dari Grace..
Trus Grace jawab dengan polosnya, “ oalah iya to, tapi kok gak kayak di
film 5 Cm itu, yang pasir-pasir kayak di semeru”. sepertinya ni anak obsesi
banget gara-gara film itu deh,serahlah.
Kemudian Jawab gue “ Udah ayo, jalan lagi, keburu sore lo ntar, buruan
sampe tempat camp trus nanti istirahat dipuas-puasin deh, pemandangannya indah
di atas “
3 jam lebihan sedikit berjalan dari awal start…
Rombongan gue tiba di satu tempat yang cukup datar dan luas sesaat
sebelum azdan Ashar terdengar sayup-sayup dari kejauhan. Yah ini ternyata
puncak bayangan, karena udah pada banyak yang camp disini. Tenda berbagai merek
pun berjajar di area camp sebelum puncak ini. Di tempat ini angin bertiup
lumayan kencang. Maklum, lokasi yang disebut sebagai puncak bayangan nggak lagi
ditumbuhi pepohonan. Hanya ada padang rumput dan semak belukar di sana-sini
yang bergoyang dihembus angin. Ke depan, ke belakang, ke kanan, ke kiri, ke atas,
ke bawah. Rumput-rumput itu nggak cukup berdaya buat menghalau sang angin,
alhasil udara mulai mendingin.
Puncak Bayangan |
View Arjuno Welirang dari Puncak Bayangan |
Puncak memang udah semakin dekat namun perjalanan akan semakin berat
karena medan pendakian semakin ekstrim, dan terjal sekali. Fix akhirnya gue
putuskan camp disini, dan berencana naik besok paginya ke puncak, apalagi
ngelihat doi dan Grace yang udah kepayahan. Akhirnya gue dan wiwid buka 2 dome
yang ada dalem tas, trus bikin kopi, masak dan makan ceria di puncak bayangan
sambil ngelihat view pemandangan gunung Arjuno Welirang dan Pegunungan Bromo,
Semeru di depan mata. Setelah kelar, 2 cewek itu pun tertidur di dalam tenda.
Sore menjelang senja, gue jalan-jalan ama wiwid di sekitaran camp, dan
entah ada setan mana yang mempengaruhi gue buat ke puncak sekarang “plis pik,
ayo ke puncak udah deket lo, ayo phik, masa kamu gak pengen liat gemerlap lampu
dari puncak, ayo phix paling beberapa menit sampai” (setan mempengaruhi gue)
dan akhirnya gue pun terpengaruh dan mempengaruhi si Wiwid.
“ Ayo wid summit ke atas, paling bentar doang “
Ngelihat tanjakan ke puncak gue jadi teringat salah satu tanjakan di
gunung Merbabu. Wiwid pun setuju buat ke puncak sore itu, jam 5 sore kami mulai
berjalan ke atas, berbekal air mineral dan madu + coklat yang kami bawa.
Trek didominasi oleh
batu-batuan dengan kemiringan hingga 45° diawal dan menjelang puncak 70-80°.
Gue dan Wiwid terpaksa merangkak menggunakan kedua tangan di beberapa lokasi.
Tak jarang pula teriakan buat mengumpulkan tenaga keluar dari mulut kami berdua.
Gunung Penanggungan memang nggak setinggi Semeru, namun
medan menuju ke puncaknya nggak kalah ekstrim. Meski begitu gunung ini tetap
saja menjadi favorit bagi pendaki pemula lantaran waktu pendakiannya nggak
sampe sehari.
Kemiringan Trek Penanggungan |
Di tengah perjalanan ke
puncak Adzan Magrib mulai berkumandang, gue beristirahat sebentar sambil
melihat tanah kiri kanan yang udah mulai miring banget. Kondisi mulai semakin
gelap, dan headlamp pun siap-siap kami nyalakan. Setelah Adzan kami teruskan
jalan ke atas, tak terasa jalur semakin terjal dan tehnik scrambling mulai
sering kami pake. Gue sempat teriak “ WOIIII ADOH JEKAN ” Eh ternyata ada yang
nyaut di atas “ Ayo semangat Mas, udah deket ” kata pendaki lain.
Kami berdua
pun mulai berjalan agak cepat, dan Sebelum jam 6 kami tibalah di puncak
Penanggungan, dan disambut mas-mas pendaki dari Malang yang teriak tadi, dan
kami kenalan, ngobrol-ngobrol di puncak sambil ngelihat gemerlap lampu kota
Pandaan, Pasuruan, Sidoarjo yang Indah sekali. Setelah sekitaran setengah jam
di puncak kami pun turun, dan hati gue semakin ciut buat turun setelah ngelihat
medan yang gue lalui tadi emang terjal banget, apalagi kondisi Gelap dan batu
batu sangat labil pas diinjak, berkali-kali gue sama wiwid harus beristirahat
pas turun, dan terpeleset, kena batu dan sebagainya. Gila, perjalanan turunnya
bikin kita harus ful konsentrasi. Sekitar sejam an tibalah gue di tempat camp
lagi, 45 menit naik satu jam turun, loh??? mungkin karna nyali kami pas turun
gak sehebat pas naik,mungkin.hehhehehe...
This Is Pawitra |
Puncak |
Setelah sampai tenda,
ternyata si doi dan Grace udah pada hypotermia ringan, nangis dan menggigil
kedinginan. Ya Allah kenapa gue Tega ninggal mereka, maaf ya... Untung selama
gue tinggal, doi ama Grace yang udah Hypo dan sakit ditolongin ama tenda
sebelah, dan diingatkan buat pake sleeping Bag (setelah siuman doi cerita
kronologisnya). Saat itu gue dan Wiwid pun harus siap dengan konsekuensinya,
gue dan wiwid sibuk nanganin 2 cewek yang sakit dan mulai menggigil kedinginan
ini. Dari masak, bikin teh, dsb kami lakukan buat nanganin mereka. Setelah
keduanya, mulai membaik, akhirnya kami pun sepakat tidur.
Memang cuaca saat itu sangat
dingin sekali. Alhasil semaleman gue dan Wiwid gakbisa tidur, kedinginan buat
jagain mereka berdua hingga pagi dateng.
Akhirnya pagi pun datang, rumput yang basah oleh embun itu akan berkilau-kilau indahnya. Bayangan gunung yang kerucut terbentuk di sisi barat gunung (coba perhatikan sendiri). Perkotaan akan dapat kamu lihat begitu jelas tanpa aling-aling pepohonan.
Setelah itu
kami masak-masak buat sarapan, dan packing buat persiapan turun karna 2 cewek
tadi ngajak langsung balik, tanpa ke puncak tertinggi penanggungan, yah mungkin
fisik mereka lagi drop. Dalam hati gue berkata “ Untung Kemaren gue ke puncak “
hehehehe....
sekitaran jam
11 kami turun dan sampe basecamp lagi jam setengah 2 an. Kemudian balik lagi ke
Bangil, dan gue sama Wiwid masih harus perjalanan ke Ngawi lagi.
Fix, Pendakian
dadakan kali ini lumayan merepotklan sekali. Yah memang, serba dadakan itu gak
baik kadang. Karena mendaki gunung, butuh persiapan yang mateng. Ohya, Maaf ya
buat doi sama Grace, karna ke egoisan gue kalian berdua jadi sakit, sekali lagi
maaf.
Ohya, Dan ada
satu hal yang gue sedikit miris pas di puncak bayangan, banyak orang
teriak-teriak, maen gitar, nyalain kembang api, di tempat camp pas malemnya.
Apa mereka gak berpikir waktunya istirahat buat pendaki-pendaki yang mau summit
pagi nya, dan suara-suara mereka sukses bikin berisik, gunung yang semestinya
hening jadi kayak pasar malem, entahlah.... tujuan orang mendaki gunung
berbeda-beda... kalau gue tempat berintrospeksi, menguji batas diri, dan
mencari keheningan dan pemandangan indah yang gak akan didapet dari bisingnya
kota.
Ni Dokumentasinya gan :
Arjuno Welirang |
Arjuno, Welirang, dan Semeru yang lagi ngebul bareng |
0 komentar:
Posting Komentar
Thanks ya udah mampir baca... share, like, dan komen juga boleh :)