Jumat, 29 Mei 2015

Pendakian Gunung Penanggungan (Puncak Pawitra)

Pendakian Gunung Penanggungan (Puncak Pawitra)



Gunung Penanggungan merupakan gunung berapi yang sudah lama tidak aktif. Gunung ini memiliki ketinggian 1.653 meter di atas permukaan laut (mdpl). Pada masa Mataram Kuno, nama Gunung Penanggungan dikenal Pawitra. Dalam bahasa Sansekerta, nama Pawitra berarti suci. Nama Pawitra ini diketahui untuk kali pertama dari Prasasti Cunggrang. Prasasti tersebut diterbitkan pada 18 September 929 Masehi atau masuk pada masa pemerintahan Mpu Sendok.

Lantas, pada abad Sangkala dari peninggalan masa Mataram Baru disebutkan tempat ini telah ditinggalkan Kerajaaan Majapahit pada 1543 Masehi. Dari abad tersebut nama Pawitra telah berganti penyebutannya menjadi Gunung Penanggungan.

Gunung Penanggungan dikelilingi empat puncak gunung. Empat puncak gunung tersebut adalah Gunung Gajah Mungkur yang berada di sisi timur laut, Gunung Kemuncak (tenggara), Sarahklopo (barat daya), dan Gunung Bekel (barat laut). Lokasi dari gunung ini berada di wilayah kabupaten Mojokerto dan kabupaten Pasuruan dengan pemandangan alam sekitarnya kawasan berupa hamparan sawah di sisi selatan dan barat hingga wilayah industri dan permukiman padat penduduk di bagian utara dan timur.

Yapzz, itu tadi sekilas tentang gunung Penanggungan, sekarang lanjut ke ceritanya....



Pendakian atau perjalanan dadakan sebenarnya cerita mbolang gue di gunung ini, kenapa bisa gitu? Ya bermula dari rencana gue pengen ke penanggungan ngajak cewek gue yang pengen diajakin ngetrek n mbolang, maka seminggu sebelum hari H gue atur-atur rencana dan nyari temen, gue ngajak Rendra yang biasanya nemenin gue mbolang, tapi menjelang hari H Rendra gak bisa ikut karna sesuatu hal, gue jadi GEGANA (Gelisah Galau Merana) berangkat atau kagak, karna gue rencana mau mbolang bareng doi + temennya yang sama-sama belum pernah ngetrek di gunung, paling gak dalam pikiran gue saat itu ada satu temen cowok buat bantuin gue di perjalanan dan pada saat di medan sebenarnya, kalau ada hal-hal yang tidak diinginkan. Sempat ngajak temen-temen lain, tapi pada PHP semua, akhirnya menjelang malam keberangkatan Doa gue dikabulin sama yang Di Atas :

“ Ya Allah, Kasih temen cowok dong buat Pendakian kali ini ” (sore pas di Angkringan Ngawi)

Doa itu dikabulin dengan adanya Wiwid yang akhirnya mau gue ajak mbolang, YES..... Malamnya Sabtu Dini Hari langsung kita packing trus berangkat naik Bus dari Ngawi menuju Surabaya trus ke Bangil jemput doi dan temennya, karna doi emang domisili disana. Sampai Bangil Pagi sekitar jam 7 an, akhirnya kita sarapan dulu trus siap-siap berangkat, meskipun sebenarnya gue dan lainnya belum tau betul akses menuju Gerbang Pendakian Gunung Penanggungan, ya seperti byasanya bermodalkan info dari Internet dan Tanya tanya pas di jalan akhirnya sampailah gue, Wiwid, Dora, Grace di Basecamp Penanggungan, dari Bangil menuju Pandaan trus jurusan ke Prigen lanjut Trawas, Air terjun Dlundung dan lanjut lagi ke kampus UBAYA Penanggungan (pokoknya jangan malu nanya deh, Malu bertanya sesat dihati, eh jalan ding ).

Pendakian kali ini lewat jalur Trawas Tamiajeng, tepatnya deket kampus UBAYA tadi. Jalur ini, adalah jalur umum yang biasa dilewati para pendaki. karena jalurnya cukup jelas, dan tersedia banyak fasilitas kegiatan outdoor atau persewaan di sekitar lereng Penanggungan atau basecamp. Jalurnya cukup mudah untuk diakses, dan menuju puncak bayangan cukup jelas. Treknya bervariasi, awal landai dan kemudian menanjak tanpa bonus kemiringan menuju puncak bayangan berkisar 45-60 derajat. Nah Puncak bayangan ini byasanya adalah tempat buat buka tenda sebelum summit ke Puncak Pawitra Penanggungan, dan jangan kaget jalur menuju Puncak sangat terjal dengan kemiringan yang ekstrim 70 derajat. It,s Okay gak masalah.

Lumayan Ngetrek yah???


Start......
Mulailah kami membayar registrasi pendakian, Rp 8000 per kepala Manusia, dan kalian akan dapat bonus sekantong kresek besar merah, buat apa?? (pasti paham kalian yang memang benar-benar paham kresek itu buat apa J ). Setelah itu beli nasi putih 3 bungkus biar gak terlalu repot masaknya nanti buat sumber logistik utama, meskipun logistik saat itu benar-benar cukup. Tapi memang sebuah nasi sangat berharga di gunung. Perbekalan saat itu. ada sarden, tempe, abon, mie instan, bumbu-bumbu, sosis, pisang, coklat, susu, dll banyak deh. Tapi tetaplah nasi akan menjadi sumber kalori utama untuk sebuah pendakian. Ohya, jangan lupa bawa bekal air yang cukup. Karna tidak ada sumber air sama sekali di gunung ini selama perjalanan.


Waktu normal penempuhan jalur ini sekitar 4 jam nyampe puncak, dan 3 jam an sampe puncak bayangan tempat biasanya buat camp. Ikuti saja jalan makadam - tanah - setapak itu meliuk ke kiri dan ke kanan emang kalo gak ke kanan kan ya ke kiri, bener kan?????

Trek awal pendakian berupa jalanan lebar yang cukup datar. Jalanan yang sudah berbatu ini dipakai oleh para petani di Desa Tamiajeng sebagai akses ke ladang. Kondisinya cukup memadai buat dilalui oleh sepeda motor maupun mobil. Setelah itu barulah kami mulai menapaki jalan tikus di antara ladang-ladang penduduk.

Licinnya jalan setapak yang kami lalui seolah berkonspirasi dengan tubuh gue dan wiwid yang bawa kulkas 80 L di punggung, yah kami berdua memang kebagian barang bawaan berat, tenda, air, logistik masuk tas semua, trus si doi ama temennya kebagian barang bawaan mereka sendiri, enak kan?? gakpa-pa lah, gue sama wiwid belajar jadi porter dadakan aja.
Thanks Wid Udah Jadi Partner pendakian kali ini


Beberapa Jam berjalan, jalur mulai menanjak terus, mereka begitu kompak menguras energi dan semangat kami untuk segera tiba di puncak, minimal puncak bayangan lah. Berkali-kali kami harus beristirahat memulihkan tenaga, tenaga para cewek-cewek mulai terkuras. Beberapa kali pula si doi ama temennya tampak sangat kelelahan, dan minta beristirahat. Jalanan yang licin, curam sepertinya jadi shock terapi buat doi ama temennya.

“ Masih Jauh to mas??? “ kata Grace
“ deket dek, ayo semangat tinggal 2 tikungan lagi kiri ama kanan, tuh di depan (Padahal bo’ong) “

Jalan lagi beberapa menit, kemudian Grace minta istirahat lagi, dan berulang-ulang seperti itu terus, ya berulang-ulang,hmmmm....
“ Mas, kok jauh banget?? “
“ Udah ayo, capek akan terbayar lunas setelah kita liat semesta yang megah, semangat” kata gue sok asik
“ Ini mana gunungnya mas? kok kita di hutan terus dari tadi? “ Grace bertanya

Pertanyaan yang sedikit konyol buat gue, karena ternyata dari tadi temen doi nih gak nyadar kalo kita lagi jalan menyusuri gunung, plis deh ah, kalo gak cewek gue tinggal lu,hahaha...

“ Loh ini kita di gunung dek, hutan ini di gunung (sedikit belibet ngejelasinnya)“

doi pun ikutan jawab “ Gimana sih Grace, ini kita lagi di gunung, jadi ya kita lagi jalan di gunung, hutannya gunung” (belibet juga).

Wiwid Cuma ketawa aja denger pertanyaan aneh dari Grace..
Trus Grace jawab dengan polosnya, “ oalah iya to, tapi kok gak kayak di film 5 Cm itu, yang pasir-pasir kayak di semeru”. sepertinya ni anak obsesi banget gara-gara film itu deh,serahlah.
Kemudian Jawab gue “ Udah ayo, jalan lagi, keburu sore lo ntar, buruan sampe tempat camp trus nanti istirahat dipuas-puasin deh, pemandangannya indah di atas “

3 jam lebihan sedikit berjalan dari awal start…
Rombongan gue tiba di satu tempat yang cukup datar dan luas sesaat sebelum azdan Ashar terdengar sayup-sayup dari kejauhan. Yah ini ternyata puncak bayangan, karena udah pada banyak yang camp disini. Tenda berbagai merek pun berjajar di area camp sebelum puncak ini. Di tempat ini angin bertiup lumayan kencang. Maklum, lokasi yang disebut sebagai puncak bayangan nggak lagi ditumbuhi pepohonan. Hanya ada padang rumput dan semak belukar di sana-sini yang bergoyang dihembus angin. Ke depan, ke belakang, ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah. Rumput-rumput itu nggak cukup berdaya buat menghalau sang angin, alhasil udara mulai mendingin.


Puncak Bayangan

View Arjuno Welirang dari Puncak Bayangan

Puncak memang udah semakin dekat namun perjalanan akan semakin berat karena medan pendakian semakin ekstrim, dan terjal sekali. Fix akhirnya gue putuskan camp disini, dan berencana naik besok paginya ke puncak, apalagi ngelihat doi dan Grace yang udah kepayahan. Akhirnya gue dan wiwid buka 2 dome yang ada dalem tas, trus bikin kopi, masak dan makan ceria di puncak bayangan sambil ngelihat view pemandangan gunung Arjuno Welirang dan Pegunungan Bromo, Semeru di depan mata. Setelah kelar, 2 cewek itu pun tertidur di dalam tenda.




Sore menjelang senja, gue jalan-jalan ama wiwid di sekitaran camp, dan entah ada setan mana yang mempengaruhi gue buat ke puncak sekarang “plis pik, ayo ke puncak udah deket lo, ayo phik, masa kamu gak pengen liat gemerlap lampu dari puncak, ayo phix paling beberapa menit sampai” (setan mempengaruhi gue) dan akhirnya gue pun terpengaruh dan mempengaruhi si Wiwid.
“ Ayo wid summit ke atas, paling bentar doang “
Ngelihat tanjakan ke puncak gue jadi teringat salah satu tanjakan di gunung Merbabu. Wiwid pun setuju buat ke puncak sore itu, jam 5 sore kami mulai berjalan ke atas, berbekal air mineral dan madu + coklat yang kami bawa.





Trek didominasi oleh batu-batuan dengan kemiringan hingga 45° diawal dan menjelang puncak 70-80°.  Gue dan Wiwid terpaksa merangkak menggunakan kedua tangan di beberapa lokasi. Tak jarang pula teriakan buat mengumpulkan tenaga keluar dari mulut kami berdua. Gunung Penanggungan memang nggak setinggi Semeru, namun medan menuju ke puncaknya nggak kalah ekstrim. Meski begitu gunung ini tetap saja menjadi favorit bagi pendaki pemula lantaran waktu pendakiannya nggak sampe sehari.


Kemiringan Trek Penanggungan

Di tengah perjalanan ke puncak Adzan Magrib mulai berkumandang, gue beristirahat sebentar sambil melihat tanah kiri kanan yang udah mulai miring banget. Kondisi mulai semakin gelap, dan headlamp pun siap-siap kami nyalakan. Setelah Adzan kami teruskan jalan ke atas, tak terasa jalur semakin terjal dan tehnik scrambling mulai sering kami pake. Gue sempat teriak “ WOIIII ADOH JEKAN ” Eh ternyata ada yang nyaut di atas “ Ayo semangat Mas, udah deket ” kata pendaki lain.

Kami berdua pun mulai berjalan agak cepat, dan Sebelum jam 6 kami tibalah di puncak Penanggungan, dan disambut mas-mas pendaki dari Malang yang teriak tadi, dan kami kenalan, ngobrol-ngobrol di puncak sambil ngelihat gemerlap lampu kota Pandaan, Pasuruan, Sidoarjo yang Indah sekali. Setelah sekitaran setengah jam di puncak kami pun turun, dan hati gue semakin ciut buat turun setelah ngelihat medan yang gue lalui tadi emang terjal banget, apalagi kondisi Gelap dan batu batu sangat labil pas diinjak, berkali-kali gue sama wiwid harus beristirahat pas turun, dan terpeleset, kena batu dan sebagainya. Gila, perjalanan turunnya bikin kita harus ful konsentrasi. Sekitar sejam an tibalah gue di tempat camp lagi, 45 menit naik satu jam turun, loh??? mungkin karna nyali kami pas turun gak sehebat pas naik,mungkin.hehhehehe...

This Is Pawitra

Puncak

Setelah sampai tenda, ternyata si doi dan Grace udah pada hypotermia ringan, nangis dan menggigil kedinginan. Ya Allah kenapa gue Tega ninggal mereka, maaf ya... Untung selama gue tinggal, doi ama Grace yang udah Hypo dan sakit ditolongin ama tenda sebelah, dan diingatkan buat pake sleeping Bag (setelah siuman doi cerita kronologisnya). Saat itu gue dan Wiwid pun harus siap dengan konsekuensinya, gue dan wiwid sibuk nanganin 2 cewek yang sakit dan mulai menggigil kedinginan ini. Dari masak, bikin teh, dsb kami lakukan buat nanganin mereka. Setelah keduanya, mulai membaik, akhirnya kami pun sepakat tidur.

Memang cuaca saat itu sangat dingin sekali. Alhasil semaleman gue dan Wiwid gakbisa tidur, kedinginan buat jagain mereka berdua hingga pagi dateng. 


Akhirnya pagi pun datang, rumput yang basah oleh embun itu akan berkilau-kilau indahnya. Bayangan gunung yang kerucut terbentuk di sisi barat gunung (coba perhatikan sendiri). Perkotaan akan dapat kamu lihat begitu jelas tanpa aling-aling pepohonan.

Setelah itu kami masak-masak buat sarapan, dan packing buat persiapan turun karna 2 cewek tadi ngajak langsung balik, tanpa ke puncak tertinggi penanggungan, yah mungkin fisik mereka lagi drop. Dalam hati gue berkata “ Untung Kemaren gue ke puncak “ hehehehe....

sekitaran jam 11 kami turun dan sampe basecamp lagi jam setengah 2 an. Kemudian balik lagi ke Bangil, dan gue sama Wiwid masih harus perjalanan ke Ngawi lagi.

Fix, Pendakian dadakan kali ini lumayan merepotklan sekali. Yah memang, serba dadakan itu gak baik kadang. Karena mendaki gunung, butuh persiapan yang mateng. Ohya, Maaf ya buat doi sama Grace, karna ke egoisan gue kalian berdua jadi sakit, sekali lagi maaf.


Ohya, Dan ada satu hal yang gue sedikit miris pas di puncak bayangan, banyak orang teriak-teriak, maen gitar, nyalain kembang api, di tempat camp pas malemnya. Apa mereka gak berpikir waktunya istirahat buat pendaki-pendaki yang mau summit pagi nya, dan suara-suara mereka sukses bikin berisik, gunung yang semestinya hening jadi kayak pasar malem, entahlah.... tujuan orang mendaki gunung berbeda-beda... kalau gue tempat berintrospeksi, menguji batas diri, dan mencari keheningan dan pemandangan indah yang gak akan didapet dari bisingnya kota.


Ni Dokumentasinya gan :





Arjuno Welirang








Arjuno, Welirang, dan Semeru yang lagi ngebul bareng



















0 komentar:

Posting Komentar

Thanks ya udah mampir baca... share, like, dan komen juga boleh :)