Hantu Pendaki Gunung
Gue pernah denger tentang
salah satu kisah Hantu Pendaki di salah satu gunung (gue gak bisa
menyebutkan nama gunungnya).
1...2...3....
Dingin saat itu menunjukkan 5° celcius...gue
merapatkan jaket. Entah udah berapa lama gue nunggu di POS III ini, berharap
ada rombongan yang mendaki dan gue bisa ikut serta/barengan. Gue saat itu
adalah pendaki solo (sendirian), karena gak punya teman yang bisa gue ajak
mendaki, jadilah gue menaiki gunung seorang diri, beberapa gunung berhasil gue
capai puncaknya, tapi beberapa lagi belum. Termasuk gunung yang gue daki
sekarang ini, seingat gue, sudah berkali2 gue mendaki gunung ini tapi belum
pernah mencapai puncak, terakhir cuma sampai pos V hanya tinggal satu pos lagi
gue harus berhenti karena cuaca yg gak mendukung.
Gue lihat jam di tangan udah menunjukkan pukul 12
malam. Sudah hampir dua jam gue menunggu di sini, bener-bener mengesalkan juga,
gak satupun rombongan yang lewat. Padahal biasanya ramai, mana sendirian pula,
jadi agak-agak merinding. Tapi gue sabar aja, melanjutkan ke Pos selanjutnya
seorang diri di cuaca dan malam seperti ini kurang baik juga. Akhirnya dari
arah bawah gue lihat sorotan lampu senter, gue sedikit tenang. Sepertinya
beberapa menit lagi mereka akan sampai di POS III dan gue bisa ikut gabung
bersama mereka sampai puncak nanti.
"Rombongan dari mana mas?"
sapa gue, saat mereka udah
sampai dan langsung duduk di pos III ini. Shitt!!! Gue di cuekin, gak ada
satupun yang menyahut sapaan gue. Gue coba lagi menyapa salah satu yg bersandar
disebelahnya, sama, diapun juga gak menyahut. Ahh,,,,, kenapa para pendaki
jaman sekarang pada gak ramah begini?! Gue lihat expresi mereka dingin, gak
saling sapa satu sama lain, gue ambil positif thinking aja mungkin karena capek
dan lelah. Mereka ngelurusin kaki sebentar kemudian langsung bangkit lagi
nerusin jalan.
"Mau langsung summit Mas-mas, aku boleh gabung?"
Gue mencoba menyapa mereka lagi. Lagi-lagi gak
ada satupun yang menoleh. Bulu kuduk langsung merinding, teringat cerita hantu
pendaki yang gue denger beberapa waktu lalu. Tapi panik disaat seperti ini gak
ada gunanya, gue langsung mencoba baca doa-doa pengusir hantu, damn!! Kenapa
jadi lupa semua?!
Beberapa langkah meninggalkan POS III ini, salah
satu diantara mereka berhenti, dan menoleh kebelakang sebentar, gue sumringah,
sepertinya memberi tanda bahwa gue boleh ikut. Senang juga, langsung gue buang
jauh-jauh tentang cerita hantu itu. Sepertinya mereka para pendaki
professional, gue jadi selalu dibuat tertinggal di belakang. Untungnya salah
satu dari mereka selalu noleh ke belakang seakan ingin memastikan gue gak
tertinggal terlalu jauh.
Singkat cerita, POS IV udah kami lewati tanpa
istirahat, sepertinya mereka ingin mengejar waktu supaya bisa summit saat
matahari terbit. Gue ngikutin aja walau aslinya udah sangat ngos-ngosan.
Kemudian sampailah kami disebuah persimpangan / belokan yang gue inget betul
harus ambil jalur mana karena udah berkali-kali kesini (walaupun belum sempat
nyampe puncak....). Tanpa di duga, mereka ambil jalur yang salah, mereka ambil
kiri yang mestinya kekanan. Gue bermaksud ngasih tau tapi masih tertinggal agak
jauh dibelakang.
"Mas! Bos! Whoi! Ambil kanan mas! Jangan kiri!" Gue teriak.
tapi mereka seakan gak peduli dan terus saja melanjutkan perjalanan tanpa noleh
sedikitpun. Persetan!!! Biar aja mereka tersesat, toh udah gue peringatkan!!
Gue putuskan untuk melanjutkan aja ke POS V sendiri, udah cukup deket, shubuh
bisa disana dan bisa summit setelah shalat nanti. Tapi belum jadi gue
melangkah, salah satu diantara mereka yang memang dari tadi hanya mas itu yg
seakan mempedulikan gue, kembali noleh kearah gue, dan ingin mengingatkan
temannya...
“Sek! Sek! sepertinya kita salah jalur rek!”
Mereka berhenti, dan membuka peta juga kompas,
akhirnya mereka kembali kearah gue, gue lega dan kami pun melanjutkan
perjalanan ke POS V. benar saja gak berapa lama kami sampai, kami langusng
duduk meluruskan kaki kembali sebelum membangun tenda. Gue lihat jam tangan
udah hampir pukul setengah 4 pagi ternyata. Gue buka permen jahe untuk
menghangatkan tubuh, tiba-tiba salah satu diantara mereka tengok-tengok dan
ngomong :
“Rek, kok ambune melati ngene sih?! Mambu banget pisan!” (teman, kok baunya
melati gini sih, bau banget lagi)
Pendaki satunya seperti merinding kemudian bilang :
“Jujur yo, sebenere dari pos III tadi aku ngerasa ada yang ngikutin kita,
makanya aku sering noleh kebelakang. Dan pas kita tadi hampir tersesat di
belokan yang kita ambil kiri, aku ngerasa ada yang manggil manggil kalo kita
salah jalur."
“Assem! Jangan bercanda Man!!”
Mereka berempat langsung merapat ke temennya yang dari tadi menoleh ke arah gue
terus sambil seperti ketakutan.
"Tapi gak papa, kalo bau melati gini katanya artinya kita harus berterima
kasih, Beberapa tahun lalu aku dengar ada pendaki solo yang hilang dan sampai
sekarang belum ditemukan, cuma ranselnya aja yang ditemukan di POS III
tadi."
Gue terdiam........dan fajar pagi mulai menyingsing....
Disarikan dari follower dalam group pendaki gunung.
Hantune awakmu kuwi rekk....
BalasHapusHehe
BalasHapusHahaha. . . Ceritanya mantab bro. Hantunya yg jadi penulis.luar biasa,hantu jaman sekarang udah ngerti internet.hehehe. . .🤗
BalasHapusSyukur Alhamdulillah di tahun ini Saya mendapatkan Rezeki yg berlimpah sebab sudah hampir 9 Tahun Saya bekerja di (MALEYSIA) tdk pernah menikmati hasil jeripaya saya karna Hutang keluarga Sangatlah banyak namun Akhirnya, saya bisa terlepas dari masalah Hutang Baik di bank maupun sama bos saya di Tahun yg penuh berkah ini,
BalasHapusDan sekarang saya bisa pulang ke Indonesia dgn membawakan Modal buat Keluarga supaya usaha kami bisa di lanjutkan lagi,dan tak lupa saya ucapkan Terimah kasih banyak kepada SHOLEH PATY karna Beliaulah yg tlah memberikan bantuan kepada kami melalui bantuan Nomor Togel jadi sayapun berhasil menang di pemasangan Nomor di TOTO MAGNUM dan menang banyak
Jadi,Bagi Teman yg ada di group ini yg mempunyai masalah silahkan minta bantuan Sama KI SHOLEH PATY dgn cara tlp di Nomor ;0825-244-669-169 percaya ataupun tdk itu tergantung sama anda Namun inilah kisa nyata saya