Senin, 16 Februari 2015

DARI GUNUNG AKU BELAJAR

DARI GUNUNG AKU BELAJAR






"Cenapah cih amoe suka bwanget jalhan khakak? ekstrem phula" (adek adek kimcil)
"Naik Gunung mulu, emang gak capek,ngapain coba?" (Temen)
"waah enaknya bisa jalan-jalan mulu","kerjaan kamu gimana, mau sampai kapan kayak gini?, ijin lagi cuti lagi?!" (BoNyok) haha, yg ini gue banget!
"sama siapa?,dimana, kemana?" | "bla..blaa..bla..blaa...". (Doi)

Itulah beberapa pertanyaan sekaligus pernyataan yang kerap kali gue denger dari orang-orang terdekat, terutama dari keluarga terutama akhir-akhir ini intensitas gue ngebolang/backpakeran lumayan sering. Setelah vakum bertahun-tahun piiiiiiis....




Naik gunung, yaa kenapa harus naik gunung? Gak naik becak,naik motor,ato naikin amoe,upssss....

mungkin bagi sebagian orang naik gunung itu kesannya ekstrem, capek, maskulin, kotor, ngerepotin diri sendiri (iya ga yaa?nggak juga ko..), dan bisa jadi sesekali ngerepotin orang lain juga dll. Kalo dipikir-pikir, naik gunung ya memang demikian, tapi seruuuu dan selalu berkesan. honestly! Namun, bagi gue itu semua adalah pilihan dan setiap pilihan pasti ada konsekuensinya masing-masing kan?????? Dan bagi gue naik gunung itu hobi yang bisa ngebentuk karakter seseorang.


Di sini gue nggak akan ngebahas mengenai tips atau trik mendaki gunung, karena gue juga masih newbie. Gue pun baru "ikut-ikutan" naik gunung sekitar akhir tahun

2006, dan baru beberapa gunung saja yang berhasil gue daki. Salah satu alasan gue suka dan cinta mendaki adalah ingin mentadaburi dan mentafakuri keindahan alam yang Allah ciptakan, keindahan yang luar biasa megah secara lebih deket. Melebur ego pribadi dan menyatu dengan alam, bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita sampai detik ini. Just it!

Semangat, penasaran, bimbang, dan tak sabar ingin segera mendaki. Nampaknya itulah kesan pertama yang akan kita rasakan ketika kita akan memulai pendakian. Semangat tentu saja. Dari mulai kita merencanakan untuk melakukan pendakian, menyiapkan semua perlengkapan dan logistik (bisa nyari-nyari milik sendiri/minjem temen ato tetangga/kerabat atau bisa juga beli sendiri kalo budgetnya cukup,hehe, yaa atau apapunlah yg penting semua keperluan kita dan kelompok ada saat hari-H).


Dan perjalanan pun akan segera dimulai. Bismillah.. dag dig dug Ketika sampai di kaki gunung, hal yang pertama kali ada dibenak gue adalah kagum, takjub melihat hamparan pepohonan dan rerumputan yang menghijau nan lebat, lebat???ehem puncak yang berdiri kokoh, jalanan yang terjal nan berliku, sesekali gue juga bertanya pada diri sendiri "gue bisa nyampe puncak ga ya?". Dengan menghilangkan semua pikiran negatif, meski ransel/keril segede kulkas yang dipikul cukup ngebuat jalan gontai dan bahu lelah, dengan optimis kita mulai melangkah menuju "gerbang pendakian".










Bismillahirrahmaanirrahiim.. Proses pun dimulai. Setapak demi setapak jalanan mulai dilalui, selangkah demi selangkah perlahan namun pasti kita terus berjalan naik..naik..dan terus naik. Semakin atas, napas pun mulai tersengal, satu jam..dua jam..berjam-jam, waktu terus melaju kencang namun jalur yang harus dilalui masih panjang.. Tetap Optimis!!!

“Ayo Seemangat, jalan teruuus... Bentar lagi nyampe..(memotivasi diri sendiri)
Jangan kebanyakan berhenti, justru malah bikin capek.” “huuh..haaah..haaa..haa... Istirahat bentar yaa, semeniit aja...plisss”
"ya udah, kita istirahat bentar yaaa... usahain ga duduk, sandaran aja nooh di pohon!" (Leader)
"Okeh.. tengkiyuu.." senyum sumringah

Sesekali (boleh juga berkali-kali, hehe) kita beristirahat sejenak sambil nglurusin kaki, duduk, drop keril (ini yang mantep), bersandar di pohon (bukan dibahumu loh inget), menghirup napas panjang sambil ngakak (supaya capek gue jadi capek yg bahagia,behaha). Istirahat tentu aja boleh, tapi gak boleh terlalu lama (maksudnya lama diem), biasanya kita suka sulit untuk memulai kembali karena udah asyik beristirahat, otot-otot udah mulai rileks dan suhu tubuh pun menjadi dingin (dibutuhkan tekad yang kuat memang guys :) ). So, kita juga harus berpacu dengan waktu agar saat matahari terbenam kita udah sampe buat ngecamp dan beristirahat cukup panjang sebelum melanjutkan perjalanan kembali.

Lelahnya perjalanan lenyap dalam sekejap seketika saat kita memutuskan untuk istirahat, drop keril, dan bongkar logistik.. (*masak-masak/ngelahap bekal dan makan siang, yeaaay! Alhamdulillah, ini yang dinanti-nanti dari tadi, hehe..:D).



Perjalanan jauh, terjal dan berliku tentu saja sangat menguras energi. Makanan favorit yang wajibul kudu ada saat nanjak adalah soto,bakso,rendang,ayam bawang,sate (mi instan maksudnye gan),sambel/rawit, nugget,sosis,susu/kopi ama rokok pastinya,beras (buat yg gak males ngolah nasi sih). Menu andalan itu pun seolah ngehipnotis kami, suasana jadi tenang dan khidmat. Meskipun sederhana, namun makanan tersebut menjelma jadi makanan terlezat seantero gunung X kala itu ( X = tergantung nama gunungnya :p)




Perjalanan kembali dilanjutkan, selangkah demi selangkah.. semakin ke atas jalurnya semakin terjal dan curam. Perlahan-lahan mataharipun mulai bersembunyi dan suasana pun menjadi gelap gulita. Ditemani temaramnya cahaya senter/headlamp kita terus berjalan, sampai akhirnya...

"di depan ada tanah lapang tuh, futsal yuk,haha..*bego....kita bisa ngecamp dulu di sini maksudnya.."
"Iyaa, kita ngecamp di sini.. kita harus nyiapin fisik buat summit ntr malem/pagi sekalu eh sekali,maaf typo.."
"Okee, ayoo bagi2 tugas.. gue yang berdiriin tenda, yang lainnya masak dan bikin kopi.. udara uda mulai dingin nii.."
"siiip...!!"

Seketika tenda berhasil dididirikan,makanan juga udah siap disantap. Makan malam yang ditemani kilauan bintang yang bertaburan di angkasa serta hangatnya api unggun membuat malam yang dingin jadi kian hangat dan menyenangkan.

Angin malam yang menusuk sampai ke tulang, mata yang menyipit, badan yang remuk redam, rasanya malas sekali keluar dari balutan hangat SB dan keluar tenda.. benar benar hotel berbintang ribuan,istimewa... :)
aaarrrrrgh... Namun, demi puncak kita terus berusaha melawan ego diri sendiri mengumpulkan kekuatan dan keberanian serta membuktikan bahwa kita bisa melewati semuanya..





"kira-kira berapa jam lagi kita nyampe puncak?"
"entahlah, yang penting kita harus tetap berjalan.."
"kayaknya, bentar lagi kita sampe.. tetap semangat, ayoo kita Bisa! saling jaga dan saling menguatkan ya kawan!"
"Oke wan" bye...






Demi puncak yang dituju..dan suatu tujuan yang pasti.. (meskipun puncak kadang adalah bonus,dan tujuan pasti adalah balik kerumah dgn selamat) kami terus melangkah..melangkah..dan melangkah lagi..terus melangkah melupakanmu,eh Jujur terkadang gue pun gak ngerti kenapa gue berada di sini. hehehe, but it's my choise! dan saya harus siap dengan konsekuensinya.
Dukungan teman-teman senasib seperjuangan sungguh laksana obat dan cambuk ampuh bagi gue untuk terus bergerak, melangkah, berada di sini bersama mereka. kantuk dan dinginnya malam pun berhasil dikalahkan demi "puncak".

"Alhamdulillah, kita sampai Puncak!"

Rasa syukur, haru bercampur bangga memenuhi ruang kosong dalam hati ini (dalem/jeru/berkesan)...Subhanallah, begitu Agungnya Engkau, sungguh begitu indah alam yang Engkau ciptakan.. Maha Suci dan Maha Besar Engkau, ya Allah.

Di atas puncak ini pun aku semakin mengerti bahwa Engkau-lah sebaik-baik Pencipta. Sungguh indah alam-Mu ini..
sungguh kami tiada artinya, kami begitu kecil dihadapan-Mu.. tak pantaslah diri ini merasa sombong,angkuh..karena semua ini adalah milik-Mu.

Skip--------------------------------Skip

Begitupun dengan hidup kita. semakin hari tantangan yang dihadapi semakin banyak dan berliku. kita gak bisa hidup datar-datar saja.. "Life is never flat". Kalau boleh, Gue ibaratin mendaki gunung itu laksana mendaki kehidupan. Jalanan yang harus kita lalui tak selamanya mulus kayak paha (.....isi sendiri), kadang licin, terjal nan berbatu. Mau tidak mau kita harus terus mendaki jalan terjal itu agar kita bisa sampai di puncak kehidupan. Tantangan dan rintangan dari hari ke hari juga semakin sukar, kehidupan kita akan semakin menanjak sehingga menuntut kita untuk terus mendaki..mendaki lagi dan lagi-lagi mendaki.
Saat kita lelah dan ngerasa lemah, ingatlah bahwa ada Allah yang Maha Menguatkan. Ada teman dan orang-orang di sekitar kita yang akan terus mensupport kita. Mereka
yang akan mengingatkan, berbagi, dan kadang menunggu kita jika kita ingin berhenti sejenak kemudian kembali melangkah bersama menuju puncak yang hendak dituju.





Mendaki Gunung adalah sebuah proses. Proses yang bisa ngebentuk karakter seseorang. Sebuah pencapaian yang besar juga tentu memerlukan proses. Puncak akan bisa dicapai bila kita mau dan berani berproses, mengalahkan ego pribadi untuk mulai melangkah ke gerbang pendakian.
Mendaki gunung mengajarkan kita untuk bertahan dan kreatif seperti mencari jalan keluar untuk memecahkan suatu masalah. Apalagi Tuhan berbaik hati membagikan kekayaannnya dengan cuma-cuma.
Yakinlah, bila kita terus melangkah dan mendaki kehidupan ini dengan sungguh-sungguh dan kerja keras, tanpa ngeluh dan menyerah, insya Allah kita akan menuai hasil yang indah. Jika kita mengalami masa-masa sulit, yakinlah bahwa Allah gak pernah memberi beban melebihi kemampuan manusia, selayaknya Ia tak pernah menciptakan gunung tinggi yang tak dapat didaki oleh manusia.
Percaya juga pada sahabat dan teman yang selalu siap sedia ngebantu dikala kita berada dalam situasi sulit.
Kita juga harus percaya pada diri sendiri bahwa kita mampu menghadapi semua rintangan yang datang menghadang dan kita bisa mencapai puncak kehidupan
yang ingin kita tuju.

Tetap Yakin dan Tetap Optimis! Tetap Ngebolang dan
Salam Lestari..
Bukan gunung yang kita taklukkan,tapi diri sendiri....

Copas dan sedikit gue editing kata non baku+joke joke from :
FP fb "sekolah gunung + blog eneng" :)


0 komentar:

Posting Komentar

Thanks ya udah mampir baca... share, like, dan komen juga boleh :)