Kabut Alun-ALun Kecil
Ini tentang
sebuah cerita, tentang sebuah rasa, dan rindu tentang sebuah gunung yang sangat
istimewa... Beberapa gunung emang punya predikat tersendiri, gunung tertinggi,
gunung terdingin, gunung terekstrim, sampai gunung terangker.
17 Juli 2017 gue dan 13 rekan sependakian punya
kesempatan dan alhamdulillah telah berhasil menuntaskan pendakian ke salah satu
gunung dengan satu predikat yang belum gue sebut. Yakni Gunung Argopuro, gunung
dengan jalur pendakian terpanjang se-Pulau Jawa, kurang lebih 45 km yang harus
dilewatin untuk menyelesaikan pendakian Argopuro dengan lintas jalur. Dan
rata-rata perhari harus berjalan 6-8 jam, kebayang kan gimana capeknya, panjang
banget deh pokoknya. Sepanjang cerita yang bakalan gue tulis disini.
Argopuro
yang punya ketinggian maksimal 3.088 mdpl perlu 5 – 6 hari buat mendakinya
secara lintas jalur, naik dan turun melewati jalur yang berbeda. Jaraknya pun
lumayan jauh, Gunung Argopuro merupakan nama sebuah gunung di Provinsi Jawa
Timur yang masuk ke dalam wilayah administrasi 5 kabupaten yaitu Probolinggo,
Lumajang, Jember, Bondowoso, dan Situbondo. Gunung ini berada dalam kawasan
Suaka Margasatwa Datarang Tinggi Yang/Hyang yang memiliki luas hampir 15 ribu
hektar, So nggak heran kalau masih banyak hewan liar yang ada di hutan
Argopuro, bahkan nggak jarang tanpa malu-malu mereka melintas di jalur
pendakian (babi, macan, merak, rusa, dan kenangan #ehh). Letak Argopuro yang
diapit gunung populer yakni Semeru dan Raung menjadikannya nggak kalah populer
pula dikalangan pendaki.
Dari segi
bahasa, “ argo ” berarti gunung dan “puro” berarti pura. Pantas aja hal
tersebut menjadi latar belakang penamaan Argopuro karena terdapat kompleks
candi atau bangunan menyerupai pura bahkan ada juga yang menyebutnya kraton
yang sampai saat ini masih bisa kita lihat dari puncaknya.
meski hanya
tinggal reruntuhan aja. Hal itu nggak lepas dari sejarah, mitos, dan misteri
yang menjadi penghias dalam pendakian gunung ini, termasuk misteri dewi
rengganis sang penunggu gunung Argopuro. Entah secantik apa dia, se indah apa
dia, se istimewa apa dia, gimana senyumnya, dan gue penasaran…..
Argopuro
memiliki 3 puncak yaitu Puncak Rengganis (2.980 mdpl), Puncak Arca/Hyang yang
bisa dibilang puncak semu, dan satu lagi sebagai puncak tertingginya adalah
Puncak Argopuro (3.088 mdpl). Puncak-puncak tersebut masuk wilayah administrasi
Kabupaten Jember. Puncak Rengganis dengan kawahnya yang berwarna putih
kekuningan bernama Kawah Sijeding menjadi daya tarik tersendiri karena dari
puncak inilah tercipta nama Argopuro. Di sekitaran Puncak Rengganis bisa
ditemukan reruntuhan bangunan dikelilingi tembok yang diperkirakan dibangun
pada abad ke-12 masehi. Reruntuhan itu menyerupai kompleks kraton lengkap
dengan candi, pura, serta area pemandian. Namun sayang wujudnya sudah nggak
utuh lagi.
Dua puncak
yang lain berada diseberang Puncak Rengganis, yakni Puncak Argopuro dan Puncak
Arca/Hyang yang berada saling bedekatan. Keunikan juga ada di Puncak Arca/Hyang
yang sesuai namanya disana terdapat satu arca berbentuk sapi namun kepalanya
terpenggal, entah memang sejak awal bentuknya terpenggal atau kepalanya sudah
berpindah tempat. Arca tersebut menjadi hal yang gue kagumi sekaligus menjadi
tanda tanya besar soal bagaimana pada jaman dulu kala bisa terdapat peradaban,
sedangkan lokasinya saja berada di tempat yang sangat jauh dan sulit dijangkau.
Sekarang sih enak sudah ada jalurnya, malah bisa ngojek dari basecamp Baderan
sampai Cikasur. Nah, kalau jaman dulu gimana ceritanya masuk ke hutan belantara
yang pastinya masih sangat liar lalu bisa membangun peradaban di puncaknya yang
begitu dingin dan sunyi. Itulah misteri yang menjadikan Argopuro makin patut
dijadikan tempat petualangan yang pastinya seru.
Yah Gunung
ini sangat istimewa, se istimewa kecantikan dewi rengganis dan kamoe...iya
kamoeh... Selain itu gunung ini juga sering gue lihat pas sowan ke si mbah dan
daerah kelahiran bapak dan ibu gue, Probolinggo. Jadi ada gairah tersendiri
buat gue menapaki trek pendakian di gunung Argopuro ini.
Sebenernya
plan naik gunung ini udah gue pengen dan rencanain setahun lalu ama temen-temen
TMD, tapi gagal karna sesuatu hal. Hingga akhirnya setahun kemudian tepat 17
Juli 2017, gue bisa berangkat dari Ngawi ama temen-temen Traveler Minim Dana,
plus temen-temen peserta sharecost TMD di pendakian argopuro kali ini, Mmmmm..
meskipun gue,doni,davig,dan rendra harus ninggalin kerjaan untuk sementara sih
(Jangan ditiru), dan dicuekin si boss sepulang dari Argopuro.
Jadi
langsung aja siapa aja yang ikut pendakian di gunung istimewa penuh kenangan,
drama dan cerita ini??yuk kenalan ama mereka...
1. Rendra, temen, travelmate, mbolang dan pengurus juga di komunitas TMD, temen SMP, temen sekantor gue, temen berdiskusi.
2.
Doni atau Saridon, temen SD, temen sekantor, temen di TMD dan temennya dewi
Rengganis... soalnya dia lahir dan bereinkarnasi hinga jadi manusia setengah
kerajaan di zaman modern kayak sekarang.
3. Romi atau Werok, Cheff andalan di TMD... koki handal bermata sipit... spesialis di bidang buang angin sewaktu pendakian. Absen lumayan lama dari pendakian, dan entah ada angin apa tiba-tiba dia pengen ikut ke Argopuro H-3.
4. Davig, Temen di TMD juga, owner di omahkulon sablon... temen mbolang dan temen berdiskusi, temennya Anin... iya temen. Temen curhat gue di pendakian kali ini.
5. Andika, Baru lulus SMA dan anggota Mayapada SMADA Ngawi, sepertinya terlibat cinlok ama si April, ya sepertinya. Sempet dipijetin April, hingga muncul benih-benih verbena, eh cinta ding di hati mereka.
6. Anin, Mahasiswa UMS Solo... kenal waktu di lawu, dan dia ikut pendakian kali ini karena Davig. Kan temennya Davig, temen loh ya... CATET...
7. Bhian, Anak Bogor... yang baru kenal kata Jancuk di Jawa timur, dan akhirnya selama pendakian, kata Jancuk seperti puisi buat si dia... dan lucunya logat dia bilang jancuk, nggak sejancok orang jawa bilang... paling muda di pendakian kali ini. Dan paling awal transfer ke rekening gue buat iuran logistik.
8. Ichsan, Pemuda asli Riau yang lagi kuliah di UGM Jogja, dan gabung di sharecost H-1, Alarm pagi hari sewaktu pendakian, sekaligus bahan banyolan di pendakian kali ini
9. Yudha, Mahasiswa Universitas Muhamadiyah Malang asal Kediri, Photographer. Ketemu di Mepo Surabaya, yang jujur tentang feelingny pas di taman hidup saat sesi sharing di camp hari terakhir.
10. April, Mahasiswa UNIKA Kediri, temennya Si Yudha yang lengket sama si Andika. Anaknya pak Abdul di pendakian kali ini, yang biasa dipanggil ama Om Abdul mbak “cantek” bukan cantik. Lagi bete sama yang namanya skripsi.
11. Pak Abdul, peserta sharecost paling senior 34 tahun, yang punya misi bikin nasi kuning di puncak argopuro untuk kado spesial happy best day (di tulisan pak abdul), eh happy birthday mungkin maksudnya buat sang istri.
12. Diana, Mahasiswa UNEJ Jember yang gabung sewaktu di Besuki, yang diajakin Ilia H-1 sebelum pendakian, kalem, udah pernah ke argopuro sebelumnya dan travelmate nya si Ilia. Lagi sibuk skripsi juga.
13. Ilia, Mahasiswa UNEJ juga temennya si Diana, kalem juga. Sempet sakit di Awal pendakian ini, namun tetep semangat sampai akhirnya pulang dengan selamat dan bahagia. Lagi sibuk skripsi juga.
14.Dan terakhir gue, Hesbul Khofi / Nophix... (sulit mendeskripsikan diri gue sendiri, silahkan komen di kotak komentar,hehehe...) Mmmm..tapi Mungkin gue orang yang sederhana, biasa dan admin di TMD, penulis di blog ini, juga penggagas ekspedisi di Argopuro kali ini.
Dari Kiri (Yudha, Bhian, Dika, Doni,April, Lia, Anin, Diana, Romy, Rendra, Pak Abdul, Davig, Npx, Ihsan) |
Dan.... 17
Juli 2017, pukul 17.00 gue berangkat dari Ngawi barengan ama Rendra, Davig,
Bhian, Doni, Romi, Anin, Andika, dan si Ichsan setelah sebelumnya berkumpul
dirumah gue, kemudian cuss ke terminal Bungurasih Surabaya dengan naik bus
Sugeng Rahayu (nyegat depan rumah). Tiba di terminal Bungurasih pukul 21.30.
Kemudian kami nyari kopi dulu santai santai, sambil nunggu April dan Yudha
dari Kediri dateng... dan beberapa menit kemudian akhirnya mereka tiba dengan
bus yang berbeda, kemudian kenalan... ngobrol-ngobrol. Trus kami lanjut menuju
Probolinggo dengan naik bus lagi ke tujuan selanjutnya yaitu terminal Bayuangga
Probolinggo, nyampe kemudian maem, eek dll, trus oper lagi dari Probolinggo
dengan bus menuju Besuki. Sekitar jam 4.00 pagi kami tiba di polsek besuki,
tepatnya belakang polsek Besuki ada sebuah mushola yang disitu udah ada Pak
Abdul yang nungguin kita sejak siang harinya. Dan ternyata ketambahan temen
baru si Ilia dan Diana, Mahasiswa UNJEM universitas Jember, Kalo universitas
Jember Utara???..... skip…mereka dari UNEJ Jember kok. Sempat belanja persediaan
logistik yang belum kebeli di pasar Besuki, kemudian ada yang sholat Subuh di
Mushola, ada yang bagi bawa logistic, ada yang mojok dan ada yang nglamun, ada
yang Cuma mandorin, dan lain-lain. Jadi lokasi polsek, alun-alun, dan pasar
Besuki itu berdekatan atau masih dalam satu area kok. Nyampe situ pasti para
pendaki bakal disamperin tukang ojek dan sopir-sopir yang menawarkan
transport ke Baderan. Jangan lupa nawar ya…
Setelah itu
kemudian gue nyari carteran mobil, angkot tepatnya... untuk menuju ke Basecamp
Baderan... per orang dikenai 25 ribu nyampe basecamp, padahal nego awal 20 ribu
per orang,hmmmm… Sekitar jam 7.30 kami berangkat menuju basecamp, semangat,
gembira, dan dapet kenalan temen-temen baru semakin menambah bayangan gue
tentang akan serunya pendakian kali ini, yappp dan pasti seru.
DAY 1 (18
Juli 2017)
BASECAMP BADERAN – MATA AIR 1
Setengah
sembilan tibalah kami di basecamp Baderan (resort PERHUTANI Baderan tepatnya),
kemudian simaksi dengan menyerahkan identitas yang akan di scan... sekaligus di
briefing sama Bapak Susiono (Kepala Resort Perhutani di daerah situ), orangnya
asik dan santai banget, kami dijelaskan tentang kondisi Argopuro dan banyak
lagi deh pokoknya, Pak Susiono juga ngegojlokin gue sama mbak sekretarisnya
PERHUTANI, dan kami juga di korting biaya pendakian yang harusnya 5 hari
pendakian (Rp 20.000 x 5 hari) jadi tinggal bayar 4 hari pendakian, makasih ya
pak Susiono atas kebaikannya. Rejeki team sholeh….
Kelar,
kemudian kami sarapan, repacking, ganti baju dll...... yang pasti gue Eek dulu
habis makan, biar pas trekking enteng, penting gak sih??hehehe... Dan jam menunjukkan
pukul 10.00 kami bersiap melakukan trekking, kesiangan sih sebenernya menurut
gue. Target kami di hari pertama adalah camp di Mata air 1. Jarak dari basecamp
ke mata air 1 soalnya lumayan 6-8 jam (No Ngojek).
Sebelum kami memulai pendakian, kami menyempatkan untuk berfoto di Plang BC Baderan barengan. Kemudian berdoa bersama sebelum trekking, kebetulan gue yang disuruh mimpin doa waktu itu sama pak Abdul.
“Assalamualaikum teman-teman, hari
ini kita kan memulai pendakian ke mata air 1, semoga kita diberi kelancaran,
kemudahan dan sukses dengan misi kita di gunung ini dan kembali pulang ke rumah
dengan selamat. Sebelum mulai jalan, mari kita berdoa..... berdoa mulai.....
#hening...... selesai....” TMD …….
Bismillah...
semoga lancar... gue ngerasa mungkin ini pendakian yang lumayan ngebawa beban
berat keril 80l full + daypack full gue gendong di depan... tapi gakpapa,,,
jalani dan nikmati prosesnya...
Perjalanan
diawali dari Perhutani dengan berjalan menapaki jalan aspal yang lumayan
menanjak dan dilanjutkan ke jalan setapak yang diperkeras dengan batu dan
makadam di perkebunan penduduk. Kita bisa mempersingkat waktu dengan naik ojek
dengan tarif Rp. 40.000 hingga ke pintu masuk hutan. Bahkan ada juga ojek yang
mau mengantarkan ke Mata Air 1 dengan tarif Rp. 150.000, karna kalo jalan kaki
bisa nyampe setengah hari perjalanan lebih. Tapi gue dan temen-temen pengennya
jalan kaki, karna kami LAKI.... eh ada cewek-ceweknya juga ding.
Perjalanan terasa amat panjang dengan menyusuri jalan
Makadam dan udara yang panas menyengat membuat kami cukup sering beristirahat
dan minum supaya nggak dehidrasi. Sering juga berpapasan dengan para petani,
dan nggak lupa gue menyapa “toreh pak (bahasa madura)” dalam bahasa Indonesia
“Mari pak”, yup gue sedikit ngerti bahasa Madura karna di daerah kelahiran
bapak ibuk menggunakan bahasa Madura,hehehe....
Beberapa jam
ngetrek…Di pertengahan jalan makadam, si Ilia mendadak ngedrop dan temen-temen
kemudian buatin dia teh dan nyuruh ngisi perutnya yang belum diisi maem. Dan
kata Diana Ilia ternyata habis opname juga sebelum pendakian ini, yah nekat
banget sih mbak.... Gue dan temen-temen mencoba menghibur dan ngasih motivasi,
tidak memaksa dan tidak juga kasihan. Ayo kamu kuat Lia!!! Hingga akhirnya dia
mampu melanjutkan perjalanan dengan kerilnya yang dibawain gantian ama
temen-temen,hahaha... gakpapa kita kan TEAMS.
Makin
menjauh dari rumah-rumah penduduk, jalur perlahan berganti menjadi
ladang-ladang dengan percabangan jalan yang lumayan banyak dan bikin bingung.
Tapi santai, disitu kita bakal masih sering berpapasan dengan para petani dan
tukang ojek yang lagi beraktifitas jadi kalau bingung bisa tanya sama warga
sekitar kok. Di awal pendakian juga banyak sekali air terjun yang ada di
tebing-tebing di seberang jurang yang lumayan menghibur dikala lelah melanda.
Target
pendakian hari pertama adalah Pos Mata Air I yang bakal menjadi lokasi kami
bermalam. Nggak sesingkat yang dibayangkan ternyata, buat sampai di pos itu.
Banyak yang harus kami lalui dulu sebelumnya. Diantaranya harus melawan
kebingungan karena percabangan jalur di awal pendakian, cuaca panas menyengat,
hingga masalah beberapa rekan kami yang mengalami kecapekan karna memang fisik
kami masih Buslag.
Karena situasi dan kondisi saat itu, maka akhirnya diputuskan rombongan dibagi menjadi tiga, kebetulan kami membawa handytalky (HT) untuk komunikasi saat itu. Tim yang berjalan di depan tentunya yang ngebawa tenda agar bisa sampai di lokasi camp dan segera membangun terlebih dulu dan disusul tim kedua yang diharapkan mendaki dengan santai aja karena ada anggota yang fisiknya belum adaptasi ama iklim gunung, dan yang terakhir adalah tim ketiga… This Is Tim Keong Racun sapu ranjau,hahaha… tim ketiga berformasikan gue sebagai striker, Rendra playmaker, Romi dan Bian sayap, Davig dan Anin sebagai Pemain belakang. Kipernya??? Gak ada... orang nggak ada musuhnya juga,hmmm.... This Is Keong Team, salah satu yang akan mewarnai pendakian kali ini.
Menyusuri trek hutan yang terus nanjak dan nonjok di hati, tim keong tetap
dengan canda tawa dan slowly nya menikmati perjalanan. Yappp... kita nikmati
prosesnya gais... banyak juga kera-kera di pepohonan yang menemani perjalanan
kala itu. Gue jadi inget di Merbabu pas Romy disamperin kera-kera, kayaknya
mereka jodoh deh. Matahari mulai pun bersembunyi di ufuk barat dan suasana
menjadi gelap, headlamp mulai kami nyalakan, setengah jam kemudian pas kami
istirahat hujan turun, ahhh fak.... karna males pake ponco akhirnya kami buka
flysheet dan berteduh. Karna kaki gue dan temen-temen pengen istirahat dulu
(pliss hentikan hentikan, aku ingin istirahat… aus aus, kata kaki gue) dan Anin
sepertinya udah ngedrop banget, bobok di samping bang Rhoma (Davig). Fix kita
duduk-duduk ngrokok nge-teh sambil istirahat, cukup lama kami disitu nunggu
hujan agak redaan. Romi dan Bhian gue liat udah tertidur. Gue sempet
bertanya-tanya, kok waktunya molor banget ya... apa jangan-jangan kita salah
jalur, jangan-jangan tersesat, jangan-jangan gue lupa ingatan, jangan-jangan
kita masuk dimensi lain dan terdampar di sebuah hutan yang berisikan para
Zombie, apalagi malam itu sangat gelap nggak seperti hingar bingarnya kota. Gue
hubungi temen temen di depan pake HT juga nggak ada respon. Ahhh tau deh…. Gue
mutung… Hingga akhirnya terdengar teriakan dari atas... Mas khofi Mas khofi Mas
khofi dimana??? Suaranya sedikit mengagetkan, entah mahluk apa itu... Gue
sempet merinding ahhh jangan-jangan zombie, genderuwo, jenglot... karna
Argopuro cukup mistis gaiss. Dan ternyata eh ternyata itu Pak Abdul, oh pak
Abdul to... krik krik krik...
“Ditunggu
teman-teman di atas mas, saya tunggu kok lama... akhirnya punya inisiatif turun
memastikan keadaan” kata pak Abdul dengan kosakata yang sedikit formal.
“Makasih Pak
Abdul, Anu mbak Anin ngedrop pak jadi kita istirahat dulu... masih jauh pak
Mata Air 1???” kata gue
“5
menit paling mas khofi dari sini” jawab bapak-bapak ini
“............what
5 menit (fakkkk kenapa gak lanjut jalan aja tadi...dalam hati)”
Ternyata emang deket banget dari tempat tiim keong istirahat, tapi anehnya
gue sama temen-temen sempat teriak-teriak ke atas, tapi nggak ada satupun
temen-temen lain yang denger... ah mbuh wes. Ohya kejadian horor pertama adalah
bau kembang pas kita istirahat pas ujan itu.
Finally akhirnya gue sampe di Mata Air 1, yeee... lalu buka tenda. Dan
masakan ternyata udah siap... mmmmm nyumi... makasih ya mbak mbak masakannya,
gaktau yang masak siapa. Kemudian kami ngopi dan makan prasmanan bareng-bareng
di Mata Air 1. Nggak banyak kegiatan yang gue dan temen-temen lakukan malam
itu, karna fisik yang udah terkuras menapaki trek dari Baderan nyampe Mata Air
1. Lelah….. bener-bener lelah… se lelah anganku memikirkan masa depan.
Nggak
nyangka untuk menuju pos pertama waktu yang kami habiskan lumayan lama juga.
Dari mulai mendaki pukul 10 siang sampai pukul 18.30 (8,5 jam). Oiya malam itu,
kami sempat mencari cari dimana lokasi mata airnya, secara nama pos yang kami
jadikan tempat camp malam itu adalah Pos Mata Air I. Tapi malam udah gelap, dan
para hewan pasti mendekati sumber air. So, kami memasak dengan bekal air yang
dibawa dari bawah.
Tiba juga waktu untuk kami beristirahat, hal yang udah gue tunggu-tunggu sejak setengah perjalanan di hari pertama yang cukup berat tadi. Lumayan cepet kami tidur tanpa ada haha hihi hehe terlebih dulu. Selain capek, juga karena besok masih ada pendakian selanjutnya yang entah medannya lebih berat atau gimana yang penting kami persiapkan dulu tenaga dan mental, Argopuro Hari Pertama done......
Pagi pun tiba, dan sang surya mulai menyapa…
Di sebuah pagi di Mata air 1... Pagi hari gue terbangun dan melihat sekitar
ternyata kami berada di pos yang letaknya ada di pinggir jurang dengan aliran
sungai yang cukup kedengeran deras, meskipun sungainya sendiri nggak keliatan
dari lokasi kami berada saat itu. Gue sempat mengira-ngira apakah itu mata air
yang dimaksud atau bukan. Setidaknya semoga ada sumber air yang lebih manusiawi
lagi lah ya untuk dicapai, pasalnya sungai itu bener-bener ada di dasar jurang
yang dalem banget. Kemudian gue nanya ama Diana, lokasi mata air nya...
kebetulan dia udah pernah kan ke Argo tuh.
Benar saja ternyata ada anak panah
kecil yang ada di satu pohon yang memberi sedikit petunjuk namun nggak secara
gamblang ngasih tau kalau itu ke arah mata air. Dari pada menebak-nebak gue,
Davig, Rendra coba saja turun. Meskipun agak susah ya medannya, malah tergolong
susah banget untuk ukuran menuju ke mata air, kami mencoba menuju ke arah
sumber suara gemercik yang sedikit memberi pencerahan bahwa itu memang letak
mata airnya. Benar saja kami melihat satu aliran sungai yang nggak terlalu
besar namun air yang ada sangat bersih dan seger. Kami isi semua botol kosong
yang kami bawa untuk bekal melanjutkan perjalanan. Sebelumnya temen-temen juga
udah ngisi air, cuci muka, sikatan dll.
Sekedar info kalau lokasi sumber air di Pos Mata Air I Gunung Argopuro
jalur Baderan berada di kiri jalan setapak kalau kita dari arah basecamp.
Letaknya agak dibawah dan jalurnya agak curam. Nggak terlalu jauh kok, paling
jalan 5 menit untuk ke lokasi, awas licin ya.
Kebetulan sebelum ke mata air pagi itu gue dibantu dika ngebuat roti bakar selai coklat, pisang untuk sarapan. Dan dengan beberapa gelas energen, oatmel, madu, susu yang dicampur jadi satu. Semoga cukup mengenyangkan.
Selesai makan/minum kami lanjut packing untuk menuju ke target selanjutnya. Jalan masih panjang, sepanjang jalan kenangan, dan sepanjang cerita di Argopuro ini.
DAY 2 (19
Juli 2017)
MATA AIR 1 – SAVANA CIKASUR)
Setelah kelar packing, kami mulai
jalan dari Pos Mata Air I pukul 9.30 pagi. Target hari kedua adalah Savana
Cikasur yang akan menjadi tempat camp team di malam yang kedua. Sebelum
sampai Cikasur kami masih harus melewati beberapa pos terlebih dulu. Jalur
setelah Pos I udah mulai sangat jelas, nggak seperti jalur di awal-awal
pendakian yang banyak sekali percabangannya. Paling kalau ada cabangnya juga
itu adalah antara jalur pendaki dan satunya adalah jalur buat motor ojek. Kalau
mau lewat jalur ojek sah-sah aja sih, cuman lebih enak jalan di jalurnya
hehe... Ketahuan banget kok mana jalur buat pendaki dan mana yang buat ojek.
Selain ada jejak ban motor, jalur buat ojek cenderung ada cekungannya yang
seukuran satu ban motor lebih dikit.
|
Beberapa
menit berjalan kami sampai di satu portal yang menurut info adalah batas
kawasan. Entah batas kawasan cagar alam atau batas kabupaten kami agak kurang
tau. Yang gue rasakan setelah melewati portal itu, hutan di sekitar keliatan
beda aja gitu. Kami menyusuri trek masih dengan rombongan yang barengan, alias
gak kepecah. Hingga menjelang Pos Mata Air II, kita akan melewati beberapa
punggungan bukit berkali-kali, nanjak kemudian turun, nanjak turun, nanjak
turun, begitu seterusnya hingga ladang gandum berubah menjadi CHOCHOCRUNCH…..
Setelah melewati banyak bukit rombongan mulai terbagi jadi 2 kelompok, kelompok
pertama tentunya tiba lebih awal. Nggak lama gue pun sampai di Pos Mata Air II
juga. Berarti kira-kira dari pos sebelumnya jarak tempuhnya sekitar 2 jam
kurang 15 menit.
|
Kami istirahat sekaligus memasak mie instan untuk mengisi tenaga dan perut yang udah mulai keroncongan, dan juga karena masih lumayan jauh jarak yang harus kami tempuh untuk sampai di Cikasur, yakni masih harus mampir di alun-alun kecil kemudian alun-alun besar. Kali ini gue yang bertugas ngambil air bareng ama si Ihsan, Dika dan April, selain karena penasaran gimana bentuk sumber airnya, gue juga mau membandingkan dengan kondisi mata air di Pos Mata Air I kemaren.
Kali ini
letak sumber air berada di sebelah kanan jalur pendakian kalau dari arah
Baderan. Sama-sama harus ke bawah dulu namun nggak securam sebelumnya. Sampai
di lokasi sumber air ternyata berupa sungai jernih yang alirannya lebih deras.
Karena letaknya lebih atas jadinya suhunya pun lebih dingin dari mata air yang
pertama, dan pastinya seger banget.
Pokoknya,
kabut saat itu menambah kesan indah dan romantis kala itu, si Dika yang sedari
awal nempel ama April terlihat sibuk selfie dan bercengkrama asik sendiri, yang
lainnya juga mengabadikan momen-momen sederhana di Alun-alun kecil. Gue, Rendra
dan Romi sibuk foto-foto dan becandaan juga, Davig, Bhian dan Anin sibuk
berdiskusi. Pak Abdul sibuk ama murid-murid TPA nya… Diana, Lia… Yudha dan Doni
sibuk membidik landscape sekitar, dan si Ihsan gaktau lagi ngapain, mungkin
lagi ngobrol sama kumbang.
Ihsan lagi ngobrol sama Kumbang |
Puas berfoto ceprat-cepret, kami lanjut ke point selanjutnya yaitu Alun-alun Besar. Kali ini seberapa besar Alun-alun besar bisa keliatan, sebab pas nyampe disitu lumayan agak cerah. Bener aja sesuai namanya, luas banget nget nget, indah dan istimewa. Disitu kami berhenti di tengah-tengahnya untuk ngopi-ngopi tampan sambil menikmati ciptaan-Nya yang sungguh-sungguh terlalu mempesona. Kera-kera bergelantungan di pohon menemani tim Keong kala itu, ohya si Romi di depan jalan duluan ama temen-temen lain. Karna sampe Cikasur chef andalan ini mau masak. Sementara Yudha akhirnya gabung ama tim Keong,hehehe…
Alun-Alun Besar |
Lama banget gue, Rendra, davig, Yudha, Anin dan Bhian ngobrol, berdiskusi senja dan curcol disini. Ahhh Savana yang indah sekali dan rasanya pengen merebahkan tubuh lebih lama, tapi untuk ke Cikasur masih lumayan jauh. Setelah langit senja mulai bergradasi oranye sedikit fana merah jambu, kami kemudian melanjutkan perjalanan.
Keluar dari Alun-alun Besar tim keong melanjutkan perjalanan yang sebagian
besar masih berupa dataran, hanya beberapa kali tanjakan dan turunan yang nggak
seberapa. Kenapa dataran, nggak lain dan nggak bukan karena emang sebagian
besar yang kami lewati adalah savana-savana luas.
Mendaki gunung harus sabar emang, nggak cuma Argopuro doang sih tapi semua gunung harus didaki dengan lapang dada kayak lagunya Sheila On 7, dan selapang juga savana Cikasur yang sebentar lagi kami temui. Meski capek jangan sampai terlontar kata capek dari mulut kita yang penuh dosa ini. Rasa seolah nggak nyampe-nyampe pasti bakal muncul pas mendaki Argopuro, tapi kalau sabar pasti ntar banyak kejutan yang bakal diperoleh dengan nama dan bentuk apapun, kenangan, rejeki, jodoh mungkin. Apalagi team keong… gue merasakan kenyantaian yang war byasah, seakan menikmati langkah demi langkah, proses demi proses, canda tawa yang seakan menambah bumbu seru kala itu. Tau deh team depan gimana, kayak team keong nggak ya mereka atau cuman diem-dieman jaim-jaim an,hihihihi….
Hari mulai gelap, kami mulai menyusuri savanna yang sangat panjang,
kemudian masuk hutan, savanna lagi, hutan lagi, savanna lagi, membosankan namun
cukup mengesankan… samar-samar terdengar suara anjing hutan, babi hutan dan
serangga-serangga yang mengeksiskan diri kala petang tiba, menambah menariknya
perjalanan menuju Cikasur. Ahhhh Argopuro kamu amicu sekali…
Sampai di pertigaan kalo kebawah menuju cikasur melalui sungai, dan kalo
lewat yang atas melewati punggungan sedikit menanjak. Kami memilih opsi kedua
karna gak mau basah-basahan nyebrang sungai… Kebetulan beberapa ratus meter di
depan ada rombongannya doni dan Diana, Ihsan, Lia kalo nggak salah…Doni
kemudian teriak ngasih tau tim keong. Teman yang satu ini memang cukup bisa
diandalkan, karena jangkauan suaranya masih terdengar radius beberapa
kilometer,wekawekaweka….
“Phek lewat
yang atas aja, bawah nyebrang sungai” sambil teriak dari kejauhan
“Oke siap”
jawab gue
“JANCUUUKK...Suaranya
mas Doni kenceng banget” Kata Bhian
Setelah
berjalan dari jam 10.00 dari Pos Mata Air 1 finally kami sampai
juga di target kami di pendakian hari kedua ini, yaitu savana maha luas benama
Cikasur... C to the I to the K to the A to the S to the U to the R..
C-I-K-A-S-U-R, total 8 jam perjalanan.
Lokasi camp
yang kami pilih adalah di bawah pohon yang ada di tengah-tengah savanna
cikasur. Pohon pohon yang cuman sendirian gitu di tengah savana yang luas,
hanya dikerumuni semak-semak yang seolah menjadi pelindungnya. Namun, formasi
pohon dan semak-semak itu membentuk sebuah lokasi camp yang aman dari angin.
Kemudian gue dan si bhian buka tenda, dan yang lain juga pada buka tenda. Team
yang duluan nyampe udah pada masak.
Malam pun datang dan masakan spesial sudah tersaji di hadapan kami masing-masing.
Kami makan dengan lahapnya karena perut memang sudah minta diisi, terlebih lagi
dengan menu yang sangat istimewa. Hawa di Cikasur dingin sekali malam
itu.. cukup menusuk raga, tapi ketika ngelihat atas, gue sangat sangat
terpesona dengan ribuan bintang yang bertebaran kala itu, ahhhh indah dan
sangat special. Se special someone…
Gue tersenyum dalam lamunan… menyendiri dan tak ingin keberadaan gue saat
itu diketahui, kemudian si Ihsan datang tiba-tiba membuyarkan lamunan gue
barusan (njritttttt)…
“Mas nophix
mas nophix, pinjem headlamp ada??” kata Ihsan dengan logat sumatera nya
“Ohh, ada
san… bentar… (gue ngambil headlamp di tenda) “
“ini……”
Gue di tenda ngopi sama Pak Abdul, Davig, Bhian dan Rendra… yang lain pada
nenda di tendanya masing-masing. Dan kemudian Pak abdul mengeluarkan buku note
nya dan nyuruh kami mengisi biodata dan catatan kecil. AKhirnya gue isi…
Kelar ngisi bukunya pak Abdul semua, akhirnya kami ngobrol-ngobrol di luar…
ngobrol ngalor ngidul… tapi apapun itu Cikasur cukup mengena di hati.
Istimewa….. apalagi besok paginya saat fajar tiba dan suasana sekitar mulai
terlihat, pasti bakalan lebih indah… Yapp… Savana yang sebelumnya gue cuman
bisa lihat di galeri IG orang lain ataupun di internet, kini gue menginjakkan
kaki disana, gue membayangkan besok pagi ke sungai qolbu, ngelihat merak, dan
ngambil salada air di sungai qolbu. Ahhhhh… pengalaman yang mengesankan di Hari
kedua. Beberapa waktu gue sempet inget juga ama orang-orang rumah, Ibuk, Bapak,
Adek, Pacar lagi ngapain ya di rumah…
Setelah ngobrol cukup lama, Jam 22.30 Malam itu kami masing-masing masuk
tenda dan siap-siap beristirahat. Berharap tidur nyenyak dan nggak kepikiran
dengan cerita-cerita serem Cikasur, Cikasur ini dulunya adalah bekas lapangan
terbang yang akan dibangun tentara Jepang di jaman penjajahan. Dan konon,
banyak yang suka ngelihat tentara-tentara itu kala mlam hari. Alhamdulilah gue
nggak ngelihat, tapi mmm gue sempat ngelihat sekelebat bayangan hitam sih pas
jalan menyusuri hutan sebelum Cikasur.
Di dalam tenda, Pak Abdul, Bhian, Romy udah tertidur di samping gue… Romy
udah ngorok… gue belum juga bisa tidur, entah karna gak ngantuk, atau karna
terganggu nada ngorok Romy yang FALS…. Samar samar Tenda cewek sebelah kayaknya
lagi ngrumpi juga dan rasan-rasan (tendanya Diana, April, Lia, Doni, Dika) gue
sedikit mendengarkan obrolan gak penting mereka… Maap.. Maap,hehehe….
“Sssszttt,
jangan kenceng-kenceng nanti orangnya denger….” Kata mereka…Entah siapa yang
nggomong.
Ahhhh... sudahlah...Beberapa menit kemudian gue tertidur……
wkwkwkwkwkwk
BalasHapusSangat menyukai kisah nyata =pejalan sederhana yang penuh makna
BalasHapusmaksih pak abdul,hehehe :*
Hapus